Irham dan Abrar adalah salah satu dari sekian
banyak putra Indonesia yang menyumbang medali dalam bidang sains. Proyek penelitian mereka yang masuk dalam kategori
Lingkungan Hidup mengambil judul “Pollutants Leads Absorber Helm by Using
Mahogany Leaf and Jackfruit Leaf”.
Sebuah penelitian yang berhasil menciptakan
masker helm yang bisa menyerap polutan timbal, dengan memanfaatkan daun mahoni
dan daun nangka. Proyek sains Irham dan Abrar dianggap memenuhi kriteria dan
berhasil memenangkan hati dewan juri karena karya mereka terbukti masih
orisinil, bukan merupakan lanjutan dari penelitian-penelitian yang sudah pernah
ada sebelumnya.
Cara membuat bahan masker ini adalah pertama,
kedua bahan tanaman diblender terlebih dahulu kemudian diberi bubur kertas
supaya bisa melekat. Baru kemudian dipanaskan dalam oven. Setelah itu
ditempelkan di masker. Keunikan dari masker buatan mereka adalah bisa diisi
ulang jika sudah mulai ada bintik-bintik hitamnya. Mereka pun telah
mengujicobanya dengan memakainya dari perjalanan Bantaeng ke Makassar. Kualitas
buatan mereka tiga kali lebih baik dari masker biasa.
Jika umumnya
proyek-proyek penelitian terhenti di tengah jalan karena terkendala biaya, maka
berbeda dari kedua remaja ini, mereka berhasil menembus dinding-dinding
keterbatasan dengan kreatif menggunakan peralatan yang ada. Salah satunya
dengan menggunakan hanger (gantungan baju) yang ada di rumah mereka.
Ada pun untuk biaya laboratorium atau uji coba,
selain dibantu oleh sekolah mereka juga menyisihkan dari uang saku mereka
sehari-hari. Perjalanan dari laboratorium ke laboratorium pun diselingi suka dan
duka. Seperti kejadian saat laboratorium untuk uji coba produk yang ada di
Makassar mengalami gangguan, maka mereka mesti melanjutkan perjalanan lagi ke
Kabupaten Maros untuk mengujinya di sana. Untunglah pegawai laboratorium
memberi mereka diskon saat mengetahui keduanya dalam proses mengikuti ajang
lomba sains.
Berikut adalah artikel tentang mereka:
Jakarta (ANTARA News) - Tim Indonesia meraih
juara umum dalam Olimpiade Sains Terapan Dunia atau International Science
Project Olympiad (ISPRO) 2015 yang diselenggarakan di Jakarta 4 Mei hingga 8
Mei.
Dalam kompetisi itu Indonesia mengumpulkan 4 medali emas, 3 medali perak, dan 2 medali perunggu. Kemudian disusul Bosnia dan Herzegovina dan Tajikistan yang masing-masing memperoleh 1 medali emas, 2 medali perak, dan 1 perunggu.
Pelajar dari SMAN 1 Bantaeng Sulawesi Selatan, Irham Syarif (18) dan Ahmad Abrar (18), berhasil meraih medali emas dengan proyek sains-nya yakni masker helm yang mampu menyerap timbal.
"Kami membuat helm yang berasal dari daun nangka dan mahoni, karena menyerap timbal dan mudah ditemui," ujar Irham usai penutupan ISPRO di Jakarta, Jumat.
Irham dan Ahmad meneliti selama lima bulan, dan pernah meraih medali emas pada kompetisi serupa untuk tingkat nasional. Dia berharap penelitiannya tersebut dapat memberikan sumbangsih dalam upaya menjaga lingkungan.
Indonesia meraih medali emas untuk bidang kimia, biologi, teknologi, dan lingkungan.
Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud, Achmad Jazidie, mengatakan bahwa olimpiade sains terapan itu merupakan salah satu bukti jika generasi muda kreatif dalam menyelesaikan persoalan.
"Kegiatan ini selain memberi solusi nyata untuk permasalahan dunia, juga menjadi wadah membangun jejaring sesama pelajar dari seluruh dunia," kata Jazidie.
Olimpiade itu diikuti pelajar berusia 14 hingga 18 tahun yang berasal dari 29 negara. Terdapat lima kategori yang bisa diikuti oleh peserta ISPRO yakni biologi, fisika, kimia, lingkungan, dan teknologi.
Dalam kompetisi ini peserta diminta untuk menjelaskan proyeknya, mempertahankan dan menggunakan ide tersebut dalam teori dan praktik. Jika diperlukan, peserta bisa membawa alat bantu audiovisual.
Peserta yang berusia 14-18 tahun ini bisa menyertakan maksimal 10 karya dari satu negara. Dan untuk setiap karya maksimal dikerjakan oleh dua orang dan satu project supersivor. Setiap naskah yang dibawa peserta harus mengandung prinsip dan metodologi ilmiah.
Beberapa kriteria penilaian oleh juri mencakup pertanyaan tentang penelitian, desain dan metodologi, koleksi data, analisis, dan pemahaman, kreativitas, dan pemaparan.
Dalam kompetisi itu Indonesia mengumpulkan 4 medali emas, 3 medali perak, dan 2 medali perunggu. Kemudian disusul Bosnia dan Herzegovina dan Tajikistan yang masing-masing memperoleh 1 medali emas, 2 medali perak, dan 1 perunggu.
Pelajar dari SMAN 1 Bantaeng Sulawesi Selatan, Irham Syarif (18) dan Ahmad Abrar (18), berhasil meraih medali emas dengan proyek sains-nya yakni masker helm yang mampu menyerap timbal.
"Kami membuat helm yang berasal dari daun nangka dan mahoni, karena menyerap timbal dan mudah ditemui," ujar Irham usai penutupan ISPRO di Jakarta, Jumat.
Irham dan Ahmad meneliti selama lima bulan, dan pernah meraih medali emas pada kompetisi serupa untuk tingkat nasional. Dia berharap penelitiannya tersebut dapat memberikan sumbangsih dalam upaya menjaga lingkungan.
Indonesia meraih medali emas untuk bidang kimia, biologi, teknologi, dan lingkungan.
Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud, Achmad Jazidie, mengatakan bahwa olimpiade sains terapan itu merupakan salah satu bukti jika generasi muda kreatif dalam menyelesaikan persoalan.
"Kegiatan ini selain memberi solusi nyata untuk permasalahan dunia, juga menjadi wadah membangun jejaring sesama pelajar dari seluruh dunia," kata Jazidie.
Olimpiade itu diikuti pelajar berusia 14 hingga 18 tahun yang berasal dari 29 negara. Terdapat lima kategori yang bisa diikuti oleh peserta ISPRO yakni biologi, fisika, kimia, lingkungan, dan teknologi.
Dalam kompetisi ini peserta diminta untuk menjelaskan proyeknya, mempertahankan dan menggunakan ide tersebut dalam teori dan praktik. Jika diperlukan, peserta bisa membawa alat bantu audiovisual.
Peserta yang berusia 14-18 tahun ini bisa menyertakan maksimal 10 karya dari satu negara. Dan untuk setiap karya maksimal dikerjakan oleh dua orang dan satu project supersivor. Setiap naskah yang dibawa peserta harus mengandung prinsip dan metodologi ilmiah.
Beberapa kriteria penilaian oleh juri mencakup pertanyaan tentang penelitian, desain dan metodologi, koleksi data, analisis, dan pemahaman, kreativitas, dan pemaparan.
0 Comments