Mitos (bahasa Yunani: μῦθος— mythos) adalah cerita yang
menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam
semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar terjadi
oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas,
mitos dapat mengacu kepada cerita tradisional. Pada umumnya mitos
menceritakan terjadinya alam semesta, dunia dan para makhluk penghuninya,
bentuk kisah para makhluk supranatural, dan sebagainya. Mitos dapat timbul
sebagai catatan peristiwa sejarah yang
terlalu dilebih-lebihkan, sebagai alegori atau personifikasi bagi
fenomena alam, atau sebagai suatu penjelasan tentang ritual.
Mereka disebarkan untuk menyampaikan pengalaman religius atau ideal,
untuk membentuk model sifat-sifat tertentu, dan sebagai bahan ajaran dalam
suatu komunitas.
Di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bandung
terdapat sebuah tempat rekreasi yang sangat indah yaitu Gunung Tangkuban
Perahu. Tangkuban Perahu artinya adalah perahu yang terbalik. Diberi nama
seperti karena bentuknya memang menyerupai perahu yang terbalik. Konon menurut
cerita rakyat parahyangan, gunung itu memang merupakan perahu yang terbalik.
Pada jaman dahulu kala, di sebuah daerah di
Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai
seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar
berburu di dalam hutan.
Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh
anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan
dewa, dan juga bapak kandung dari Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak
mengetahui hal tersebut dan ibunya memang sengaja merahasiakan hal tersebut.
Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang
pergi ke hutan untuk berburu. Sesampainya di dalam hutan, Sangkuriang mulai
mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan,
lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya dengan anak panah,
dan tepat mengenai sasaran.
Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk
mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti
perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu
mengusir Tumang dan tidak diijinkan-nya pulang ke rumah bersamanya lagi.
Sesampainya di rumah, Sangkuriang
menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari
anaknya, Dayang Sumbi sangat marah.
Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke
kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka
Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat
menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari
dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi
tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia
muda selamanya.
Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang
mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya
di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah jauh
berubah.
Rasa senang Sangkuriang tersebut semakin
bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat
cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan
kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya.
Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh
Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat. Pada suatu hari,
Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hutan. Sebelum
berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat
kepalanya.
Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena
pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka.
Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada
Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut,
karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.
Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena
dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang
berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang
membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak
disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.
Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana
cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras,
akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat
kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat
tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal
maka pernikahan itu akan dibatalkan.
Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya
sungai Citarum dibendung. Syarat yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk
membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberangi sungai. Kedua syarat
itu harus sudah selesai dibuat sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan
Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing.
Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya
dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut.
Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja
dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir
menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.
Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat
sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota.
Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari
sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan
merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang
lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan
itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air, daerah itu kemudian
menjadi danau besar yang sekarang dikenal dengan nama danau
Bandung. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya.
Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang
sekarang dikenal dengan nama gunung Tangkuban Perahu.
Cerita tentang Sangkuriang ini termasuk
legenda dan juga cerita rakyat, masyarakat setempat mempercayai legenda ini.
Sampai sekarang masyarakat masih sering mengunjungi tangkuban perahu untuk
berwisata bersama keluarga ataupun teman.
0 Comments